Beranda | Artikel
Penggerak Hati
5 hari lalu

Bersama Pemateri :
Syaikh Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin Al-Badr

Penggerak Hati adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Hadits-Hadits Perbaikan Hati. Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada Senin, 30 Al-Muharram 1446 H / 5 Agustus 2024 M.

Kajian Islam Ilmiah Tentang Penggerak Hati

Dari sahabat Anas Radhiyallahu ‘Anhu juga, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah mengunjungi seorang pemuda yang sedang sakaratul maut. Nabi bertanya kepadanya, “Bagaimana kondisimu?” Ia menjawab, “Aku berharap kepada Allah, wahai Rasulullah, dan aku khawatir atas dosa-dosaku.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Tidaklah terkumpul dua perkara ini (rasa harap dan takut) di hati seorang hamba dalam kondisi seperti ini, kecuali Allah akan memberikan apa yang ia harapkan dan mengamankannya dari apa yang ia khawatirkan.” (HR. Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah)

Hadits di atas mengumpulkan tiga perkara yang sangat penting dari amalan-amalan hati yang harus disiapkan sebagai bekal untuk bertemu dengan Allah Azza wa Jalla, yaitu kecintaan kepada Allah, berharap kepada-Nya, dan rasa takut kepada-Nya. Tiga perkara ini harus ada dalam setiap ibadah. Dalam semua ibadah, harus terkandung kecintaan, harap, dan takut kepada Allah Azza wa Jalla.

Allah berfirman:

وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ

“Dan orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah [2]: 165)

Dalam perkara harap, Allah Ta’ala berfirman:

وَمَن يَقْنَطُ مِن رَّحْمَةِ رَبِّهِ إِلَّا الضَّالُّونَ

“Dan tidaklah berputus asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang yang tersesat.” (QS. Al-Hijr [15]: 56)

Dalam masalah takut, Allah Ta’ala berfirman:

أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ ۚ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ

“Apakah mereka merasa aman dari makar Allah? Tidaklah merasa aman dari makar Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf [7]: 99)

Tiga perkara ini tergabung dalam firman Allah Azza wa Jalla:

أُولَٰئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَىٰ رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ ۚ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا

“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Allah, siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah), mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah sesuatu yang (harus) ditakuti.” (QS. Al-Isra [17]: 57)

Kedudukan Rasa Cinta dalam Ibadah

Kedudukan rasa cinta dalam ibadah seperti kebutuhan jasad kepada roh. Cinta adalah yang membangkitkan hati untuk melaksanakan ibadah dan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala serta menjauhi segala larangan-Nya. Cinta adalah pondasi dari ibadah, bahkan roh dari ibadah itu sendiri.

Adapun raja’, yaitu rasa harap, adalah pemimpin bagi jiwa. Tidak mungkin seorang istiqamah diatas ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kecuali dengannya. Demikian juga dengan rasa takut (khauf), yang akan menghalangi jiwa dari perbuatan haram.

Wahab bin Munabbih Rahimahullahu Ta’ala berkata, “Jiwa itu seperti jiwa hewan dan binatang. Adapun iman adalah pemimpin dan amal adalah penuntun. Jiwa itu selalu membangkang, maka apabila pemimpinnya lemah, ia akan membangkang kepada penuntunnya. Bila penuntunnya lemah, ia akan tersesat dari jalan yang benar” (diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya di dalam Kitab Adabun Nufus).

Dalam ucapan beliau tadi, nafsu atau jiwa dipermisalkan dengan hewan yang selalu membangkang karena ia banyak melawan pemiliknya dan tidak bisa dikuasai kecuali jika ditolong oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan ilmu dan amal.

Ibnu Taimiyah Rahimahullahu Ta’ala berkata, “Sesungguhnya ilmu adalah pemimpin dan amal adalah penuntun. Dan nafsu itu selalu membangkang. Apabila pemimpinnya lemah, maka penuntunnya juga tidak akan berjalan dengan baik. Apabila penuntunnya lemah, maka tidak mungkin pemimpinnya bisa menuntun yang menjadi bawahannya. Apabila ilmu lemah, seorang yang berjalan akan kebingungan dan tidak mengetahui ke mana ia akan berjalan. Maka ia akan berserah diri kepada takdir. Apabila ia meninggalkan amal, ia akan kebingungan mencari jalan yang benar, sehingga dia akan mencari jalan lain dan tidak mengetahui ke mana harus berjalan, maka dia akan tersesat.”

Rasa harap adalah penuntun seseorang untuk melaksanakan semua kebaikan yang mengajaknya melakukan ketaatan dan menuntunnya untuk serius dalam beribadah. Rasa takut akan menghalangi seseorang dari perbuatan yang diharamkan. Rasa harap bermanfaat dalam menuntun kepada ketaatan, dan rasa takut bermanfaat dalam menghalangi dari keharaman. Tidak boleh dilebihkan rasa harap dari rasa takut, dan tidak boleh dilebihkan rasa takut dari rasa harap. Keduanya harus dijalankan secara bersamaan seperti dua sayap burung.

Barangsiapa yang lebih mendahulukan rasa harap dari rasa takut, dia akan merasa aman dari makar dan adzab Allah Subhanahu wa Ta’ala. Barangsiapa yang mengutamakan atau mendahulukan rasa takut dari rasa harap, dia akan putus asa dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Diriwayatkan dari sahabat Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma, datang seorang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya tentang dosa-dosa besar. Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “Menyekutukan Allah, putus asa dari rahmat Allah, dan merasa aman dari makar Allah” (HR. Bukhari dan Muslim).

Maka rasa aman dari makar Allah disebabkan karena seorang terlalu berharap kepada Allah. Adapun putus asa dari rahmat Allah disebabkan karena seorang terlalu mendahulukan rasa takut. Dan yang wajib bagi setiap hamba adalah memiliki dua rasa ini, rasa harap dan rasa takut, secara seimbang.

Seorang hamba sangat membutuhkan tiga rukun ibadah ini: cinta, harap, dan rasa takut, agar ia dapat konsisten dalam ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semua kelalaian yang dilakukan manusia disebabkan karena berlebihan atau kurang dari tiga perkara ini.

Tiga perkara ini, yaitu rasa cinta, rasa harap, dan rasa takut, adalah penggerak yang sangat bermanfaat untuk hati. Apabila terdapat di hati seseorang, ia akan berjalan dengan cepat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, mencari ridha-Nya dan menjauhi perkara-perkara yang dimurkai. Juga akan sedikit penyakit-penyakit hati, bahkan bisa hilang penyakit-penyakit tersebut.

Shaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah mengatakan bahwa kita perlu memperhatikan kaidah-kaidah yang bisa menggerakkan hati kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga ia selalu berpegang teguh kepadanya dan akan sedikit penyakit-penyakitnya bahkan bisa hilang sama sekali dengan taufik dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Beliau berkata bahwasanya penggerak-penggerak hati kepada Allah Azza wa Jalla ada tiga, yaitu rasa cinta, rasa takut, dan rasa harap. Yang paling kuat adalah rasa cinta kepada Allah Azza wa Jalla, karena ia benar-benar menjadi tujuan. Rasa cinta ini akan terus ada di dunia dan di akhirat, berbeda dengan rasa takut yang akan hilang nanti di akhirat. Sebagaimana firman Allah:

أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

“Ketahuilah, wali-wali Allah tidak ada rasa takut dan tidak ada rasa sedih pada hati mereka.” (QS. Yunus[10]: 62)

Adapun rasa takut yang diharapkan adalah rasa takut yang menghalangi seorang hamba dari keluar dari ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasa cinta akan menjadikan seorang hamba berjalan di atas jalan yang dicintai-Nya, semakin lemah atau semakin kuat, demikian pula jalannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasa takut akan menghalangi seorang keluar dari jalan Allah Azza wa Jalla, jalan yang dicintai-Nya. Rasa harap akan menuntun seorang di jalan tersebut.

Ini adalah perkara penting yang harus diketahui oleh setiap hamba, dan ia tidak akan bisa beribadah dengan sempurna kecuali dengan tiga perkara ini. Setiap orang harus beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak boleh beribadah kepada selain-Nya. Apabila dikatakan terkadang seorang tidak mempunyai rasa cinta yang bisa membangkitkannya untuk menggerakkan hatinya, maka jawabannya adalah yang bisa menggerakkan rasa cinta tersebut ada dua perkara.

Yang pertama adalah dengan banyak berdzikir, mengingat yang dicintainya (yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala). Dengan banyak berzikir, seorang akan menggantungkan hatinya kepada Allah Azza wa Jalla, sebagaimana firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا * وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

“Wahai orang-orang yang beriman, berdzikirlah dengan dzikir yang banyak dan bertasbihlah di pagi dan sore hari.” (QS. Al-Ahzab[33]: 41-42)

Yang kedua adalah selalu memperhatikan karunia dan nikmat-nikmat Allah Azza wa Jalla, mengingat nikmat-nikmat tersebut sebagaimana perintah Allah:

فَاذْكُرُوا آلَاءَ اللَّهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Dan ingatlah nikmat-nikmat Allah agar kalian beruntung.” (QS. Al-A’raf[7]: 69)

Dan juga firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ…

“Dan apa saja nikmat yang ada pada kalian, maka itu datangnya dari Allah.” (QS. An-Nahl[16]: 53)

Maka, apabila seorang hamba mengingat nikmat-nikmat Allah dan apa yang Allah tundukkan untuknya dari langit, bumi, dan apa yang ada di antara keduanya, dari pepohonan, berbagai macam binatang ternak, serta nikmat yang tidak terlihat, juga nikmat keimanan, maka itu akan membangkitkan rasa cinta dan rasa takut akan mengingatkan ayat-ayat yang mengandung ancaman, larangan, perjumpaan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan hari perhitungan. Rasa takut juga akan membangkitkan keinginan untuk mengingat kedermawanan, kemurahan, dan pengampunan Allah Azza wa Jalla, sehingga ia akan selalu bersemangat beribadah kepada-Nya.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 yang penuh manfaat ini.

Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang Berbaik Sangka kepada Allah


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54352-penggerak-hati/